Anggy Umbara ketika webinar online oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud |
Tahun 2020 mungkin akan dikenang oleh
seluruh dunia akan wabah paling mematikan pada abad modern. Jutaan nyawa
melayang akibat terserang penyakit covid-19 yang diduga berasal dari Wuhan,
sebuah kota di Tiongkok. Pandemi ini pun membuat sendi-sendi kehidupan lumpuh
tak berdaya, termasuk industri perfilman.
Biasanya, empat sampai lima film baru
rilis tiap bulan. Namun, kini sangat jarang sekali atau bahkan tidak ada film
yang rilis di Indonesia. Para kru, aktor, sutradara, dan jajaran direksi
memutuskan untuk menghentikan segala kegiatan syuting demi mematuhi aturan yang
dikeluarkan pemerintah, pun termasuk pengusaha yang mempunyai bioskop.
Sutradara film kenamaan, Anggy Umbara, mengakui
kesulitan apabila harus melakukan syuting di tengah kondisi pagebluk ini. Tapi,
dirinya merasa beruntung dapat menyelesaikan film yang digarapnya sebelum PSBB
diberlakukan. Anggy turut bersyukur para insan perfilman saling bahu membahu
secara swadaya untuk membantu sineas yang terdampak covid-19 ini.
“Sampai saat ini, untuk kru kami belum
menerima bantuan dari pemerintah yah,” ucapnya dalam webinar bertajuk
Halalbihalal yang diinisiasi oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru
Kemendikbud pada Senin, 25 Mei 2020.
Dari sisi ekonomi memang mengalami
pelemahan yang cukup signifikan, terutama untuk kalangan menengah ke bawah.
Namun, seorang aktris yang sekaligus presenter, Putri Ayudya, memandang
ada hal positif dari pagebluk ini, yaitu kembali hidupnya nilai barter
antarsesama untuk saling membantu.
“Sisi positifnya, antara selebritis dan
umkm saling bahu membahu dengan barter. Pesohor menawarkan endorse untuk
mempromosikan produk umkm secara gratis,” ungkapnya.
Putri Ayudya narasumber webinar online |
Noorca Massardi selaku pengamat film pun
mendorong pemerintah untuk membuat sebuah platform berbayar agar film-film yang
ada selama pandemi ini tidak terbengkalai. Salah satu usulnya dengan
menghadirkan bioskop drive-in seperti yang telah dilakukan oleh beberapa
negara.
“Kalau di luar negeri kan drive-in
pakai mobil, kalau di kampung sini bisa pakai gerobak atau becak gitu, selain
itu internet perlu dimanfaatkan di tengah kondisi penonton dan ruang yang tidak
memungkinkan” tutur Noorca.
Dalam acara yang sama, HM Firman Bintang,
produser film Indonesia mengungkapkan bagi industri perfilman pagebluk ini
layaknya gelombang tsunami yang meluluhlantakkan seluruh area yang dilewatinya.
Ia pun berharap agar anggaran yang telah dialokasikan pemerintah untuk
pembinaan insan film dapat disalurkan sebagai bantuan langsung bagi yang
terdampak.
“Saya optimis perfilman Indonesia akan
bangkit pasca covid-19 ini, cuma masalah waktu saja. kita mungkin dapat
dikalahkan, tetapi kita tidak dapat dihancurkan,” kata Firman.
Tulisan ini telah dimuat di kompasiana.com
Komentar
Posting Komentar