Dok. Pribadi |
Berita kehilangan selalu menimbulkan duka
bagi siapa yang mendengarnya. Baik kehilangan harta benda, pekerjaan, jati
diri, kekasih, bahkan nyawa. Tidak jarang, pengeras suara musala
mengumandangkannya dengan lirih.
Suatu hari di halaman rumahku kedatangan dua
kucing yang entah dari mana asalnya. Keduanya masih berusia kurang dari
satu tahun, masih kecil tanpa seorang ibu. Masing-masing memiliki warna dan
corak bulu yang berbeda, satu perempuan bercorak belang-belang dengan dominasi warna
abu-abu. Satu lagi laki-laki berwarna putih hitam dengan corak yang acak. Kemudian,
keluargaku memutuskan untuk memeliharanya agar ada yang merawat.
Mereka amatlah lincah, gemar sekali
berlarian ke sana dan ke mari. Waktu demi waktu, mereka pun dapat memanjat
sepeda motorku dengan lihai. Sehingga mereka sering kali tertidur dan juga
mengasah kukunya di jok. Pasti itu merupakan hal yang paling menyebalkan kala
kita memelihara kucing. Jok bolong-bolong dan akan basah ketika kena air hujan.
Pada momen tersebut, meski dari jauh, kukeluarkan
kamera yang sedang kupinjam dan memotretnya. Meskipun harus dipoles sana-sini,
yah itulah hasilnya.
Kurang lebih dua bulan lamanya semenjak
hari itu. Sampai tiba hari di mana kami pergi ke Bandung selama dua hari satu
malam untuk menghadiri kondangan. Dengan berat hati kami tinggalkan dua kucing
tersebut. Mereka dititipkan kepada tetangga sialan itu.
Namun, ketika kami pulang alangkah
terkejutnya kami menemukan satu dari sepasang kucing tersebut tergeletak tak
berdaya. Yah, ia mati meninggalkan teman seperjuangannya itu. Kami hanya bisa
pasrah. Hubungan kami dengan tetangga itu memang tidak baik sih. Tapi sudahlah
mungkin sudah sampai ajalnya.
Komentar
Posting Komentar