Depan Istana Bogor |
Sudah lama sekali, sejak punya sepeda
lagi, keinginan untuk gowes ke Kota Bogor. Berbagai persiapan pun dilakukan
demi mewujudkan hal tersebut. Pertama sih survey jarak tempuh via Google Maps,
ternyata lumayan juga dari rumah ke Kota Bogor sekitar 46+ km. Kalau pulang-pergi
berarti sekitar 90an km.
Lalu, coba niatkan untuk latihan setiap
hari untuk gowes ringan sejauh 20km dengan pace semampunya. Setelah terbiasa,
mulai meningkatlah intensitasnya. Setelah satu bulan lebih melakukan hal
tersebut, didapatkanlah pace 24 kpj untuk rute PP rumah-Bintaro Loop. Lumayanlah
untuk ukuran MTB.
Sayangnya latihan tersebut harus tertunda
akibat pandemi dan bertepatan pula dengan bulan puasa. Sehingga, latihan
gowesnya tertunda kurang lebih dua bulan. Setelah kebijakan PSBB mulai
dilonggarkan, maka mulai lagi recovery untuk mendapatkan pace sebelumnya.
Kemudian, akhir bulan Juni, diniatkan
untuk gowes Bintaro-Bogor pada bulan Agustus. Latihan, beli perlengkapan sepeda,
seperti tools, ban dalam cadangan, dan tas top tube.
Eh ternyata, bisa dibilang senang atau
sedih juga, dapat pekerjaan di awal PSBB transisi ini. Tidak terlalu jauh dari
rumah, kurang lebih 10 km. Itung-itung latihan bersepeda deh pikirku. Maka,
kuniatkan untuk bersepeda ke kantor setiap hari, yah sekalian olahraga juga
kan.
Ternyata Bike2Work tidak semenyenangkan
itu. Kita harus berteman baik dengan kemacetan. Di mana kecepatan tidak terlalu
bisa diandalkan. Walhasil kecepatan rata-rata drop jauh karena harus berulang
kali off-sadle akibat macet.
Tetapi, keseimbangan bersepeda diuji
sekali. Kala beriringan dengan motor harus menjaga sepeda tetap seimbang agar
tidak terlalu sering off-sadle. Melelahkan memang karena harus
menggenjot sepeda dari kecepatan 0 kpj berulang kali. Alhasil pernah juga
merasakan jatuh konyol karena keseimbangan tidak terjaga dan terlambat
berpijak.
Sampai akhirnya, pada Minggu 16 Agustus
2020 sudah kubulatkan tekad untuk gowes ke Kota Bogor. Mumpung libur tiga
hari. Perlengkapan yang kubawa: tool kit, ban dalam cadangan, kurma, air
minum dua botol, identitas diri, dan uang.
Strategi Bersepeda Jarak Jauh
Bersepeda untuk jarak jauh perlu
strategi, agar tidak menyakiti diri dan memperburuk kondisi tubuh. Strategi yang
kuterapkan yaitu latihan seperti yang kujelaskan sebelumnya, paling tidak satu
bulan sebelumnya deh. Persiapkan alat-alat untuk kondisi darurat. Pola makan,
ini penting agar tubuh tidak dehidrasi atau kurang nutrisi.
Strategi yang kulakukan ialah minum
setiap 20-30 menit sekali, paling tidak seteguk. Sangat penting sih untuk
menjaga konsentrasi dan agar kerongkongan pun tidak kering. Isi nutrisi paling
tidak 1-1,5 jam sekali. Untuk itulah aku membawa kurma, ringan, manis, dan
masih ada sisa bulan puasa kemarin. Makan berat dan istirahat kuatur setiap
2-2,5 jam. Paling tidak sih beli bubur yah yang cepat terserap dan istirahat
10-15 menit untuk memulihkan kondisi dan mendinginkan tubuh. Kenapa sebentar? Kalau
lama-lama keburu matahari meninggi dan terlalu malas untuk gowes lagi karena
tubuh akan masuk mode full rest. Full rest yang baik ya setelah
kita sampai kembali ke rumah.
Terakhir, hafalkan rute perjalanan agar
tidak sering melihat maps. Hal itu berbahaya, karena jika bersepeda
terlalu sering melihat maps akan mengurangi konsentrasi di jalan raya. Sebaik mungkin
sih hafalkan ya, atau paling tidak jika ragu menepi terlebih dahulu.
Merdeka Bersama Kayuhan
Bersepeda jarak jauh tidak hanya perlu
persiapan fisik tetapi juga mental. Mental untuk siap bersusah payah sampai ke
tujuan dan mental tidak kenal menyerah untuk kembali pulang dengan selamat.
Jujur saja, pertama kali gowes sejauh
90km rasanya bertanya-tanya: “Kapan ini akan sampai sih? Kok jauh banget ya,
padahal di maps kelihatannya dekat.”
Perjalanan pergi sih terbilang ringan
karena cuaca pagi masih bersahabat. Tapi pulangnya, panas sekali. Apalagi rute
yang kutempuh terkenal akan jalurnya yang berdebu. Sampai rumah, serpihan pasir
masih melekat di wajah. Untungnya sih medan di perjalanan pulang cenderung
menurun, jadi tidak begitu lelah, hanya panas saja.
Hasil dari bersepeda ke sana membawaku ke
dalam dimensi untuk mencoba lebih baik lagi. Lebih baik dalam hal persiapan dan
catatan waktu. Rasanya masih kurang puas aja mendapatkan catatan waktu 4 jam. Ingin
lebih cepat lagi. Biar tidak kena sengatan matahari.
===
Kayuhan sepedaku kupersembahkan untuk menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Bersamanya ada usaha-usaha pantang menyerah dalam diri pejuang. Perlu waktu yang lama untuk meraih manisnya kemerdekaan. Lalu perjuangan yang melelahkan untuk mempertahankannya. Musuh yang dilawan tidak lagi para penjajah dari negeri nun jauh di sana, tetapi bangsa sendiri. Dirgahayu Ibu Pertiwi.
Komentar
Posting Komentar