Satu-Satunya Filter Adalah Mata

Ilustrasi oleh Free-Photos


Media sosial merupakan tempat berbagi segala hal, mau, eksis, narsistik, kerecehan, dan sebagainya, termasuk bokep. Rata-rata masyarakat Indonesia suka bokep, terutama kaum pria. Baik yang ditampilkan secara halus ataupun dengan gamblang. Ibarat kata, bokep merupakan alat pemersatu bangsa. Di saat carut marut perpolitikan bergejolak, terkadang konten bokep membuatnya adem kembali.

Untuk mendapatkan hal-hal porno pun ada berbagai macam jalan, kayak ke Roma deh. Mulai dari majalah, stensilan, situs web, media sosial, hingga bertukar koleksi. Sayangnya hanya cara tersebut yang ku ketahui, selebihnya mungkin kamu lebih tahu.

Pemerintah bukannya tutup mata soal industri bokep ini. Berbagai portal telah ditutup demi mengurangi silaunya paparan pornografi. Tercatat sejak 2010 hingga 2018 terdapat 883.348 situs pornografi yang diblokir pemerintah melalui Kominfo.

Selalu ada jalan bagi pegiat pornografi untuk menuntaskan hasratnya. Kini masyarakat kian pandai menggunakan teknologi bernama VPN untuk mengakses hal begituan. Sejak pemerintah memblokir akses media sosial pasca pemilu 2019 lalu, VPN kian populer. Jalan ninja VPN digunakan demi mengelabuhi blokir pemerintah yang sukar melacak jalur VPN.

Namun, ada fakta yang mengejutkan yang baru ku ketahui. Tidak perlu repot-repot menggunakan VPN untuk mengakses bokep, karena hal tersebut begitu jelas adanya di jagat Twitter. Kebijakan media sosial tersebut dikenal lebih longgar mengenai pornografi dibandingkan media sosial lainnya, seperti Instagram, Facebook, dan YouTube.

Perlu dicatat, selama observasi ini pun aku menggunakan akun palsu supaya tidak terjadi misklik pada cuitan akun bokep. Malu rasanya apabila kita ketahuan mengakses hal ‘begituan’, seperti yang dilakukan salah satu pejabat tempo lalu. Ketahuan teman saja malunya bukan main, apalagi ketangkap basah masyarakat luas, diangkat media massa pula.

Ribuan akun bernada restricted dapat ditemukan di Twitter. Mereka menjajakan gambar wanita dengan menggunakan pakaian yang seksi dan mengundang nafsu lelaki. Biasanya yang ditampilkan adalah perempuan berusia relatif muda dan berkulit mulus dengan pelbagai riasannya sesuai standar kecantikan media. Jangankan yang masih mengenakan pakaian, perempuan yang telanjang bulat pun terpampang. Tidak hanya perempuan sih, lelaki juga banyak yang menampilkan alat kelaminnya untuk mencari mangsa.

Tidak hanya penampakan dada polos yang dapat ditemukan, melainkan adegan berhubungan intim secara gamblang dapat ditemukan dengan di sana. Cukup mengetikkan ‘bokep’, cuitan mengenai perbokepan muncul, banyak sekali. Yah, berbagai macam gaya swafoto bugil dapat ditemukan bila niat. Sajian grafis dada dan paha di sana pun ada yang dijadikan lahan bisnis. Bukan rahasia umum jika tubuh perempuan memang sarat akan komodifikasi demi menuntaskan nafsu seksualitas binatang pria.

Bahkan, prostitusi daring jelas tampak adanya. Ribuan cuit ‘BO’, termin untuk menjajakan diri, banyak ditemukan terutama wanita berusia relatif muda. Mereka bahkan tidak segan menampilkan harga dan tata cara melakukan BO. Isi cuitannya tidak jauh dari teaser lekukan tubuhnya dengan penyensoran pada bagian muka.

Salah satu hal menarik yang ku temukan di jagat Twitter ialah banyaknya akun anonimus yang mencari teman curhat ataupun ‘main’ dalam konteks seksual. mereka menggunakan istilah alter, berasal dari kata alter-ego, di mana sang pemilik akun dapat jujur pada diri sendiri dan menunjukkan sisi lain yang tidak bisa ia tunjukkan dengan menggunakan akun asli karena menjaga citra dirinya.

Bahkan terdapat sebuah akun bot sebagai wadah bagi para alter tersebut. Di wadah tersebut para alter memperkenalkan diri dan menyatakan maksud tujuannya. Biasanya, mereka menggunakan inisial jenis kelamin, M untuk pria dan F untuk wanita, diikuti usianya. Apabila cocok, proses ‘mutualan’ akan berlangsung dan akan dilanjutkan dengan kopi darat atau tidak.

Satu-Satunya Filter Adalah Mata Kita

Dari fakta-fakta yang ku temukan tadi, rasanya tidak bijak bila mengandalkan blokiran pemerintah saja. Akun pun kini sadar, apabila niat menuntaskan hasrat pasti ada saja jalan untuk mengaksesnya. Perlu filter diri dalam menghadapi gelombang pornografi yang kian mudah dijumpai.

Termin ‘satu-satunya filter adalah mata kita’ ku pilih dalam menggambarkan situasi sekarang ini. Di tengah arus informasi yang kian masif, apapun mudah untuk ditemukan. Tinggal pribadinya saja yang harus pintar dalam menyeleksi setiap informasi.

Pemerintah tampaknya harus lebih proaktif dalam menindaklanjuti hal ini, terutama di media sosial. Berbeda dengan media siar lainnya, media sosial hingga kini belum memiliki wadah resmi. Kebebasan berkspresi memang amat ditonjolkan dalam bermedia sosial. Namun, ingatlah bukan hanya kamu saja yang menikmati, semua warganet dapat mengaksesnya. Apalagi jika akun penjajah bokep kamu tidak terkunci.

Rumit memang apabila berbicara selangkangan, di satu sisi ada rasa tabu dan di sisi lainnya kita merasa perlu. Perlu dalam artian melakukan pendidikan seks sejak dini agar terhindar dari hal-hal negatif. Kalau perlu dimasukkan dalam kurikulum deh. Lebih baik seks diajarkan dengan pengawasan bukan, daripada anak cucu kita nanti mencari tahu sendiri. Belum tentu mereka bisa memfilter seperti apa yang kita lakukan. Semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi.

Segala tulisan di atas bukan bermaksud untuk porno maupun menjelekkan suatu pihak, tetapi aku mencoba secara jelas menampilkan realita yang ditemukan apa adanya. Tidak lupa, tulisan ini terinspirasi dari artikel: Di Hadapan Akun Alter, Internet Positif Cuma Receh.