Filosofi Cicak

Ilustrasi oleh  Rudy and Peter Skitterians

Cicak cicak di dinding, diam-diam merayap.

Hewan reptil berkaki empat ini lazim ditemukan di daerah pemukiman masyarakat. Biasanya mereka muncul di dinding-dinding rumah. Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia jika memberi nama kepada sesuatu diambil dari bagaimana bunyinya. Misalnya, plastik kresek dinamakan seperti itu karena bunyi yang ditimbulkannya kresek kresek. Begitu pula cicak, karena mengeluarkan bunyi cek cek cek, maka orang Sunda menamakannya cakcak (cicak).

Ciri khas dari hewan ini ialah ekornya yang dapat dilepas ketika berada dalam situasi berbahaya. Sebuah mekanisme pertahanan diri yang mengagumkan. Cicak mengajarkan untuk mencapai sesuatu, harus ada yang dikorbankan. Anatomi cicak memang mendukungnya untuk berbuat demikian, karena dalam beberapa waktu akan tumbuh kembali ekor yang baru. Jari-jarinya pun dapat mereka andalkan untuk menempuh medan ekstrim. Bayangkan, cicak harus mendaki sebuah tembok raksasa dengan kemiringan vertikal 90 derajat tanpa seutas tali. Anugerah lain yang diberikan sang pencipta yaitu lidahnya yang dapat memanjang untuk menjangkau mangsa kegemarannya, nyamuk. Cicak memang tidak dapat melompat pun terbang, tetapi mereka hobi makan nyamuk yang lincahnya luar biasa.

Cicak sudah eksis sejak jaman dahulu. Dari cerita yang kudengar, ia hadir pada saat eksekusi Nabi Ibrahim oleh raja Namruz. Cicak dikisahkan membantu meniupkan api agar dapat berkobar lebih besar. Wallahua’lam.

Ada sebuah pelajaran yang dapat diambil dari hewan ini, yang kuberi nama filosofi cicak. Bahwa cicak yang hobi merayap di dinding, tidak bisa melompat ataupun terbang, dapat dengan sabar menunggu santapannya berupa seekor nyamuk yang terbang ke sana ke mari. Mereka tidak pernah protes apalagi unjuk rasa kepada sang pencipta akan takdirnya yang seperti itu. Jika dibayangkan sepintas saja, mana mungkin hewan yang berada di darat tidak dapat terbang ataupun melompat memangsa binatang yang terbang ke mana-mana, bahkan manusia pun sering dibuat jengkel oleh nyamuk. Sebuah filosofi sederhana akan rasa syukur dan kesabaran tingkat tinggi yang dapat diambil dari seekor cicak, itu pun kalau masih ada ekornya.

Mari kita tingkatkan kesabaran dan rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Diamnya cicak bukan pasrah, mereka sabar menunggu berkah. Alam sudah berkata demikian, maka petiklah dengan penuh kesungguhan.