Fenomena Gacha Gim Daring


Ragnarok Gravindo
Ilustrasi oleh duniaku.net

Gim online kini sedang berada di masa puncaknya. Dapat dilihat dari banyaknya jumlah pengunduh gim daring di aplikasi yang menyediakan ribuan aplikasi di sistem operasi yang Android. Masifnya jumlah pemain sebanding dengan perkembangan teknologi saat ini, khususnya jaringan internet.

Seingatku, internet mulai ramai digunakan ketika ponsel Android ramai di pasaran, sekitar 2012 mungkin. Sistem operasi tersebut membuat K.O. sistem operasi Symbian buatan pabrikan ponsel sejuta umat, Nokia. Saat itulah semua mulai berkembang. Apalagi jaringan internet kini sudah makin cepat, tidak seperti dulu yang dapat kecepatan 100kB/s saja sudah senang. Sejak Android menguasai lebih dari sebagian pasar ponsel, mulai bermunculan gim-gim berkualitas apik yang dapat dimainkan di ponsel. Apalagi harga paket internet sudah semakin murah belakangan ini dan fasilitas WiFi sudah menjamur di mana-mana, membuat pasar gim semakin meruncingkan taringnya di jagat smartphone.

Katakan lah gim daring pertama yang viral dulu, Clash of Clans(COC). Kurasa sejak COC muncul dan ramai dimainkan maka era gim online di ponsel mulai bangkit. Dulu sempat berseloroh kalau ada sekelompok pemuda yang tengah mojok dan memiringkan ponselnya, pastilah dia main COC.

Dalam mekanismenya, COC menghadirkan item virtual yang dapat dibeli dengan uang asli. memang, praktik ini sangat lazim terjadi pada gim online di platform manapun dan kerap disebut transaksi mikro. Dengan menggunakan sejumlah uang, proses pengembangan karakter dalam gim pun akan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak membelinya. Sebutan untuk orang-orang yang banyak menghambur-hamburkan uang asli di dalam gim adalah sultan, tapi seseorang dapat disebut sultan jika ia telah menghabiskan ratusan juta rupiah hanya untuk gim. Baru-baru ini dalam gim online populer Ragnarok Mobile, terdapat seseorang asal Indonesia yang menghabiskan hingga miliaran rupiah demi sebuah item virtual yang dilelangkan dari pengembangnya.

Sayangnya selain penjualan item virtual dengan uang asli, terdapat transaksi mikro yang disinyalir tidak sehat, dalam arti bukan hanyak untuk kantong saja. Maksudnya pihak pengembang memanjakan para sultan dengan item gacha, item yang didapat secara acak, yang kemungkinan dapatnya hanya nol koma sekian persen agar karakternya semakin kuat. Dengan persentase yang sangat kecil itu, pemain dipaksa untuk melakukan gacha terus menerus dan berakibat pada efek ketagihan layaknya judi.

Para pengembang gim senang memainkan emosi para pemain dengan sistem seperti itu. Bisa dilihat beberapa korbannya di kanal Youtube yang memerlihatkan mereka sedang melakukan gacha pada gim tertentu yang berbuah zonk. Ada yang telah menghabiskan ratusan ribu, jutaan, bahkan miliaran rupiah demi mendapatkan item eksklusif yang hanya ada pada bulan tertentu. Mungkin ada rasa bangga jika telah mendapat item tersebut dalam benak mereka.

Siklus ini tentunya tidak sehat, setidaknya bagiku, ditambah hal ini akan mengakibatkan gap yang sangat jauh antara free player dan sultan. Seringkali justru gim tersebut pendek umurnya karena transaksi mikro yang demikian. Ya, tentu semua akan takut jika gim yang telah ia investasikan akan tutup lebih cepat.

Efek nagih yang ditimbulkan dari gacha kuanggap sangat mirip dengan judi. Ketidakpastian yang jelas terpampang dengan persentase yang kecil itu yang hanya berharap pada dewi fortuna, katanya. Alangkah tidak baik menggantungkan harapan pada sesuatu yang belum jelas. Lucunya, pada kanal-kanal Youtube terdapat ritual sebelum mencoba gacha, yang entah kebenarannya tapi banyak yang melakukan dan berujung komentar negatif.

Jadi, sebelum simpanan uang kalian habis, lebih baik sih berhenti melakukan gacha di dalam gim online. Kecuali, kalian sanggup membeli item virtual seharga satu miliar rupiah sih tidak masalah, karena sultan mah bebas. Salam.