Mohon Diterbitkan Segera
PT SETIA
Kemitraan Swasta – Masyarakat Jadi Motor Penggerak Ketahanan Pangan Nasional
Jakarta, 19 Oktober 2018 – Belum tercapainya swasembada pangan menyebabkan ketergantungan pada impor komoditas pangan masih tinggi. Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai impor barang konsumsi sepanjang bulan Januari-Juni 2018 mencapai USD 8,18 miliar, atau naik 21,64% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year).
Menurut BPS, komoditas pangan seperti beras, gula, dan kedelai, menjadi penyumbang terbesar kenaikan impor barang konsumsi itu. Tingginya ketergantungan impor akan mengganggu ketahanan pangan nasional.
Selain itu, peningkatan kebutuhan akan protein hewani juga semakin tinggi. Penelitian dari pakar ekonomi pertanian, Bustanul Arifin, memprediksi bahwa konsumsi unggas menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan produk hewani lainnya, yaitu 22,1% pada tahun 2025 menjadi 9,13 kilogram per kapita per tahun.
Konsumsi daging sapi juga diprediksi meningkat sebesar 10,3% menjadi 2,79 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2025. Bila tidak diantisipasi, negara akan mengalami defisit kebutuhan ayam dan daging, yang juga akan mengganggu ketahanan pangan nasional. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.
Diperlukan peran swasta serta masyarakat petani dan peternak untuk bersama dengan pemerintah menghadapi tantangan ketahanan pangan ini. “Sektor swasta dan masyarakat perlu berkolaborasi membuat program kemitraan yang tidak hanya akan meningkatkan kapasitas produksi, namun juga menyejahterakan petani dan peternak, serta menciptakan ekonomi yang berkelanjutan atau sustainable.
Kemitraan ini sejalan dengan nafas hidup SETIA untuk berkembang menuju kesejahteraan bersama berlandaskan asas saling menguntungkan antara sektor swasta dengan petani dan peternak,” ujar Direktur Corporate Affairs PT SETIA Comfeed Indonesia Tbk (SETIA), Rachmat Indrajaya di Wisma Millenia, Jakarta (2/10).
Menurut Rachmat, sektor swasta dituntut berfikir kreatif menciptakan program kemitraan dengan melibatkan sejumlah pihak, seperti perbankan, asuransi, perusahaan penyedia jasa pendampingan, dan masyarakat tani maupun ternak.
Salah satu contohnya, lanjut Rachmat, adalah program kemitraan antara Santori (anak perusahaan SETIA) dengan Bank BCA dengan perusahaan pendamping peternak yakni PT Digdaya Persada Makmur. Melalui kerjasama yang diteken di Probolinggo Jawa Timur, 14 September lalu, peternak dapat mengakses pendanaan dari bank untuk membeli sapi muda (pedet) dari Santori. Setelah perawatan selama lebih kurang 18 bulan, peternak dapat menjual kembali sapi yang sudah dewasa kepada Santori. Peternak yang tidak memiliki lahan untuk memelihara sapi dapat menggunakan lahan dan kandang PT Digdaya Persada Makmur yang menyediakan lahan seluas 100 hektar.
“Peternak juga akan mendapat pendampingan untuk menghasilkan ternak yang tumbuh sehat sehingga harga jualnya juga menjadi lebih tinggi. Ini menambah keuntungan bagi peternak. Permasalahan klasik peternak, yaitu kesulitan menjual ternaknya, juga tidak akan terjadi karena Santori akan membeli kembali sapi-sapi tersebut dari peternak,” papar Rachmat.
Sementara dalam kesempatan lain Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dr. Enny Sri Hartati menilai, pemerintah seharusnya lebih aktif memfasilitasi dan mendorong program kemitraan antara swasta dengan masyarakat. Pemerintah bisa menyusun format kemitraan yang saling menguntungkan untuk kemudian menyediakan bimbingan, pendampingan, dan standardisasi.
“Selama ini kemitraan kurang maksimal karena di hulu tidak ada yang support. Kebanyakan berjalan sendiri-sendiri. Pemerintah harus masuk untuk mendukung dan mendorong kemitraan antara swasta dengan peternak dan petani,” ujar Enny.
Enny menambahkan, diperlukan insentif agar sektor swasta mau membangun kemitraan khususnya dengan masyarakat sekitar. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang membangun kemitraan dengan masyarakat, akan tercipta ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan produksi komoditas ternak pangan dalam negeri.
“Pada akhirnya kemitraan akan membantu pemerintah dalam menciptakan ketahanan pangan nasional,” tambah Enny.
Untuk mendukung tujuan ini, SETIA pun mengajak sektor swasta khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang komoditas pangan untuk membangun kemitraan dengan masyarakat. Kolaborasi dan kekompakan seperti ini akan membantu mengurangi ketergantungan negara terhadap impor, bahkan tidak mungkin akan menciptakan swasembada pangan di masa mendatang.
Tentang SETIA
PT SETIA Comfeed Indonesia Tbk merupakan perusahaan agribisnis terkemuka di Indonesia yang memiliki lini bisnis produksi pakan ternak, pembibitan ayam, pembibitan dan penggemukan sapi, budidaya perairan, serta produksi vaksin hewan. Diiringi dengan program-program CSR yang berkontribusi dalam pengembangan masyarakat, SETIA terus mendukung pengembangan kualitas hidup, sesuai dengan visi perusahaan “Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama”. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi: Githa Alina Corporate Communication Supervisor Githa.alina@SETIA.com
Analisis menurut teori Frank Jefkins (SOLAADS):
Subjects: Kemitraan swasta - masyarakat jadi motor ketahanan pangan nasional
Organization: PT SETIA Comfeed Indonesia Tbk
Location: Wisma Millenia, Jakarta
Advantages: Peternak mendapat pendampingan untuk menghasilkan ternak yang tumbuh sehat sehingga harga jualnya juga menjadi lebih tinggi. Ini menambah keuntungan bagi peternak. Permasalahan klasik peternak, yaitu kesulitan menjual ternaknya, juga tidak akan terjadi karena Santori akan membeli kembali sapi-sapi tersebut dari peternak.
Applications: Untuk mendukung tujuan ini, SETIA pun mengajak sektor swasta khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang komoditas pangan untuk membangun kemitraan dengan masyarakat. Kolaborasi dan kekompakan seperti ini akan membantu mengurangi ketergantungan negara terhadap impor, bahkan tidak mungkin akan menciptakan swasembada pangan di masa mendatang.
Details: Program kemitraan antara Santori (anak perusahaan SETIA) dengan Bank BCA dengan perusahaan pendamping peternak yakni PT Digdaya Persada Makmur. Melalui kerjasama yang diteken di Probolinggo Jawa Timur, 14 September lalu, peternak dapat mengakses pendanaan dari bank untuk membeli sapi muda (pedet) dari Santori. Setelah perawatan selama lebih kurang 18 bulan, peternak dapat menjual kembali sapi yang sudah dewasa kepada Santori. Peternak yang tidak memiliki lahan untuk memelihara sapi dapat menggunakan lahan dan kandang PT Digdaya Persada Makmur yang menyediakan lahan seluas 100 hektar.
Source: Githa Alina Corporate Communication Supervisor Githa.alina@SETIA.com
Tulisan ini merupakan tugas UTS dari mata kuliah Teknik Publikasi yang diampu oleh Pak Saiful.