Sumber: Tribunnews.com |
Sekilas program
Karma ANTV, salah satu program acara di stasiun
televisi swasta ANTV yang sedang naik daun belakangan ini. Reality show yang
ditayangkan sejak empat bulan lalu, pada 15/4/2018, telah mencapai episode
ke-91. Program acara bergenre supranatural itu tayang secara reguler setiap
hari pada pukul 22.00 sampai 00.30 WIB. Karma ANTV dipandu oleh Robby Purba
yang pernah memainkan film horor Kutukan Arwah Santet pada tahun 2011 dan Roy
Kiyoshi, seorang indigo yang pernah meramalkan peristiwa bom Bali, hilangnya
pesawat di Kepulauan Majene, dan meletusnya Gunung Sinabung di tahun 2014.
Selain kedua pewara tersebut, Karma selalu menghadirkan pesohor untuk
meramaikan acaranya.
Tidak seperti acara supranatural di stasiun
televisi lainnya, Karma ANTV membawa sajian baru di layar kaca. Menghadirkan 31
partisipan yang dipilih berdasarkan angka kelahiran yang berbeda, di mana Roy
mencoba untuk mengungkap kejadian buruk yang dialami oleh partisipan yang
dipilihnya. Untuk mendukung acara, set panggung dan iringan musik pun terkesan gelap,
sehingga menimbulkan kesan mistis di dalamnya. Karma ANTV sebetulnya bukan
murni produksi dalam negeri, melainkan sontekan dari program televisi Thailand
yaitu The Secret of Numbers.
Dilansir dari @dunia_tv, akun instagram
yang merilis daftar rating acara-acara televisi populer, pada jum’at 13/4/2018
program Karma ANTV mendapat angka rating 4,2 persen dan share
27,8 persen. Hasil tersebut membuat Karma berada di peringkat ketiga, mengalahkan
sejumlah sinetron unggulan stasiun televisi lainnya. Mirisnya, dari ke-37
peringkat yang disajikan hanya ada satu program berita yang hadir pada daftar
tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan
pentingnya informasi masih sangat minim. Mereka cenderung menyukai program
acara yang menyajikan unsur privasi, sensasional, ringan, berulang-ulang, serta
kontroversial.
Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan saya,
program Karma ANTV memiliki ketiga unsur yang disukai masyarakat ‘berselera
rendah’ di atas, yaitu privasi, sensasional, dan berulang-ulang. Program ini
juga cenderung menimbulkan kontroversi, karena membenturkan hal-hal mistis
dengan agama.
Sesuai konsep programnya, Karma ANTV
menjual masalah pribadi partisipan yang terlibat sebagai bahan komoditasnya.
Semakin pelik, semakin tinggi rating yang diperolehnya. Tidak jarang suatu
episode yang melibatkan kerasukan di dalamnya, bisa menembus tranding di
situs Youtube.com. Hal tersebut membuktikan bahwa mengetahui privasi seseorang
adalah hal yang menarik, bahan gosip ibu-ibu di gerobak sayur, dan ‘makanan’
orang yang berselera rendah.
Sebagai contoh, pada episode 86 Roy
Kiyoshi memilih partisipan bernama Linda. Roy mengungkapkan secara gamblang
kronologis Linda mengenai kisah hidupnya dulu. Kisah pahitnya partisipan
terkuak. Anehnya, partisipan tidak merasa malu mengungkapkan hal tersebut,
tidak berusaha untuk menutupi wajah, misalnya. Bodohnya lagi, partisipan bukan
menanyakan solusi kepada Roy, tetapi bertanya bagaimana kabar orang yang telah
menyakitinya.
Padahal, di dalam al-Qur’an surat an-Nisa
ayat 48 Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik
dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Serta Nabi Muhammad sudah memperingatkan dalam hadis riwayat Muslim: “Barangsiapa
mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima
shalatnya selama 40 hari.”
Hal yang jelas membuat Karma ANTV
merupakan low taste program adalah cenderung menjual sensasi berbau
mistis. Pada dasarnya masyarakat Indonesia sangat erat dengan hal-hal mistik. Mulai
dari tempat angker, pantangan, praktek klenik, hingga bela diri pun terkadang
dikaitkan dengan kegaiban. Sehingga, saat ini komodifikasi mistik menjadi
keuntungan bagi media.
Kesurupan, mengeluarkan paku dari mulut,
hingga pewara yang tiba-tiba mengeluarkan darah dari hidung pernah terjadi di
Karma ANTV. Aspek di atas tentunya sangat lazim ditemukan pada program serupa
di layar kaca. Kedekatan itulah yang coba dibangun Karma ANTV untuk menggaet
penonton. Jika ditelaah dari sisi logika, hal-hal di atas tentunya tidak bisa
bersinggungan langsung dengan manusia, kecuali dengan perantara dukun. Padahal
ayat yang saya sebutkan di atas jelas melarang hal tersebut. Itu berarti acara
ini telah membenarkan praktik perdukunan secara tidak langsung. Jelas hal ini
sangat bersinggungan dengan apa yang diajarkan agama. Apalagi mayoritas
masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam. Kemungkinan program ini bisa
menimbulkan kontroversi sangat besar tentunya.
Terakhir, karakteristik low taste program yang dimiliki Karma ANTV adalah repetitive. Dikatakan
berulang-ulang karena Karma ANTV tayang setiap hari dengan durasi yang lebih
dari dua jam. Pola yang dihadirkan pun cenderung sama, Roy Kiyoshi memilih
partisipan yang akan diterawang, reaksi yang dimunculkan partisipan bisa
menangis atau marah, kemudian dibumbui adegan menggambar makhluk halus yang
katanya berada di sisi partisipan, terakhir diberikan solusi atas permasalahan
yang terjadi. Rentetan tersebut terus diulang-ulang setiap hari, yang berbeda
hanya dikemasan cerita dan makhluk apa yang bertengger di raga partisipan.
Menariknya, ketika mendapat respon
positif dari masyarakat serta untuk menambah variasi cerita, dibuat lah satu
program acara lagi yaitu, Karma The Series. Program yang merupakan pengembangan
cerita dari partisipan yang telah terlibat di acara Karma ANTV. Pengembangan
yang dimaksud pun, hanya menjadikan kisah yang diucapkan partisipan Karma,
menjadi sebuah ilustrasi dokumenter. Dahsyatnya program ini pun tayang di pagi
dan malam hari.
Kesimpulannya, Karma ANTV sangat tidak disarankan untuk dinikmati, apalagi oleh anak-anak tanpa bimbingan orang tua. Karena memuat unsur-unsur yang tidak baik, yaitu menyangkut privasi seseorang, hanya menjual sensasi, dan ditayangkan dalam durasi yang panjang serta cenderung menimbulkan kontroversi. (shr)
Semoga, dengan tulisan ini siaran televisi di Indonesia bisa lebih baik lagi. Jangan hanya mengandalkan sensasi semata, tetapi berusaha untuk memperbaiki moral bangsa. Sekian.
Semoga, dengan tulisan ini siaran televisi di Indonesia bisa lebih baik lagi. Jangan hanya mengandalkan sensasi semata, tetapi berusaha untuk memperbaiki moral bangsa. Sekian.
Komentar
Posting Komentar