“Selamat siang kawan JTV,
sekarang saya telah berada di depan proyek pembangunan perpustakaan baru UIN
Syarif Hidayatullah...”
Begitulah opening yang gue ucapkan ketika latihan reporter bersama Komunitas Jurnalis Televisi (JTV), salah satu wadah yang menaungi minat mahasiswa dibidang pertelevisian. Kenapa gue ikut komunitas ini? Karena di semester awal ini gue sama sekali belum mendapatkan apa yang dinamakan ilmu komunikasi. Ilmu dari jurusan gue sendiri. Gue malah dihadapkan pada mata kuliah umum dan agama pada semester awal ini. Nah, JTV merupakan wadah yang tepat menurut gue untuk menutupi hal tersebut.
Hari rabu sebelumnya gue dan maba yang lain mendapat teori tentang Reporter dan Presenter. Karena waktu yang tidak memungkinkan maka hari sabtu lah kita baru bisa praktek langsung. Kita sepakat jam 10 tiba di lobby Fakultas Dakwah, tapi you know lah warga Indonesia mayoritas pake jam yang terbuat dari karet, termasuk gue. Sebenernya sih gua mau pake yang besi cuman karena berat... stop. #Back to topic. Bisa ditebak kita baru kumpul jam 11. Itupun hanya lima maba dan beberapa senior. Tapi kita tetap lanjut karena cuaca juga mendung.
Pertama kita dibimbing untuk dapat intonasi dan gesture yang baik di depan kamera. Kemudian kita dibagi tiga kelompok. Dan gue satu kelompok sama Aisyah, cewek dari kelas B. Mentor gue bernama kak Ilka, anak LAPMI juga katanya. Jadi, lebih paham dah seluk beluk jurnalistiknya. Pertama, kita cari beritanya dulu, mau ngangkat tema apa. Berdasarkan saran kak Ilka gue pilih proyek pembangunan perpustakaan dan lahan parkir aja deh.
Opening. Gue salah mulu. Entah kenapa
rasanya tuh susah banget nyusun kata-kata. Untung aja mentornya enggak gigit, dengan sabar gue dibimbing sampe lancar. Selanjutnya buat isi dari pertanyaan yang bakal diajuin
untuk narasumber. Yap, dapet deh tiga pertanyaan. Dan terakhir closing. Gak usah
dibahas deh cuman demikian-demikian doang. Selanjutnya, meluncur ke TKP.
Untuk pengalaman pertama gue sebagai Reporter bisa dibilang cukup baik menurut para senior, ekhem. Entah mengapa gue pas mentoring justru paling susah buat ngomong, eh ketika shoot justru cuman one take. Aneh. Kebanyakan orang ketika berhadapan dengan kamera kan gugup. Nah gue, malah ngalir. Ini bisa dibilang sisi baik dari gue sih, hehe.
“Demikian informasi ini saya
sampaikan. Ternyata menjadi reporter itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Suara,
intonasi dan gesture menjadi kunci untuk menjadi reporter handal. Saya Surya
Handika, JTV. Melaporkan.”
Komentar
Posting Komentar